Perjalanan hidup seorang tukang becak dan bagaimana dia akhirnya menemukan jalan untuk belajar disela-sela kesibukan hidup diterik matahari maupun ditengah hujan. Dan menemukan Buku yang membantu dia belajar lebih giat.
Berawal di satu kota pelajar di pulau Jawa, dimana kota itu penuh sekali dengan pelajar dari segala bangsa yang menimba ilmunya disana, bahkan di kota itu kira-kira ada 100 sekolah, mulai dari TK, sampai Universitas. Belum lagi sekolah kursus.
Djoko Wahyoo adalah salah satu tukang becak dari ratusan tukang becak di kota pelajar. Betapa bangganya dia walaupun cuma lulusan SMP, berlalu-lalang mencari penumpang di depan salah satu Universitas terkenal di Indonesia .
Saking bangganya, dia menghabiskan banyak uang untuk membuat becaknya Nyaman, Bersih, dan Mengkilap selalu. Warnanya pun Wah ……Merah Darah bersinar ….seperti cat mobil baru …pokoknya mantap, ditambah lagi memakai Crome dalam bahas Londonya yang mengkilat Perak.
Jadi setiap dia mangkal selalu banyak orang terpana, apalagi beberapa mahasiswa yang belum pernah melihat becak. Jadi mereka ingin sekali melihat, dan memegang becaknya yg Keren ini.
Saking bekennya, becak Djoko selalu jadi rebutan banyak mahasiswa dan ibu-ibu di sekitar kampus. Langganannya banyak, sehingga Mbok Minten, penjual warteg, rela hati memberikan Credit Card alias Hutang makan dulu bayarnya habis bulan.
Suatu saat dia melewati Alun-alun melihat banyak orang bule, lalu dia berhenti, sambil tersenyum dia menawarkan kepada salah satu dari turis itu. ” Mister dan Madam, you want Becak go alon2 city?”
Lalu sang turis berhenti, lalu dia menjawab dengan bahasa daerah yang halus, “Maaf Mas, kami lebih suka berjalan kaki.”
Djoko terperanjat…..seperti melihat hantu…mukanya pucat pasi, bibirnya terbuka lebar2, mbleh gitu. Kaget sekali dia, beberapa menit kemudian si turis mengatakan, “Mas, kenapa?” juga dalam bahas daerah yg halus. Sebelum berlalu sang turis memberikan Buku “Cara Berbicara Daerah yang Halus” dan Buku “Kamus Bahasa Daerah dan Bahasa Inggris.” Setelah sang turis berlalu ……tinggalah Djoko berdiri seperti patung Polisi.
Tak disangka banyak orang asing belajar bahasa daerahnya sendiri, sedangkan dia seperti tidak perduli sebelumnya. Sebagai ambasador dari kaum tukang becak. Sejak itu Djoko berusaha keras untuk belajar, disela2 waktu senggangnya. Supaya dia tidak lagi seperti patung Polisi ditengah perempatan jalan.
……….bersambung……….
Mengenang kota pelajar , mini seri “Perjalanan hidup tukang becak.”
by Jack Soetopo 07 April 2011 | 22:09
No comments:
Post a Comment