Jangan Kawin di Bali: "Ini meminjam judul bukunya Gde Aryantha Soetama: Jangan Mati Di Bali yang dalam iklannya menyebut, ditulis oleh orang Bali sehingga masalah yang diketengahkan tidak jauh melenceng dari apa yang dirasakan dilihat dan dialami oleh orang Bali.
Artinya Bali tetaplah pulau indah dengan penduduknya yang ramah hangat bersahabat suka menolong dan baik hati. Ditambah lagi dengan setiap saat kita akan bertemu dengan orang yang melakukan kegiatan adat yang merupakan singkatan dari Awig Dresta Agama Tatwa.
Keempatnya bersinergi menjadi satu kekuatan yang mampu mengundang jutaan wisatawan dari manca negara datang ke Bali. Mereka bangga dengan ngaben, mapandes, nelu bulanin, nganten, melelot, mesangih, nyundih, nguling dan 999 istilah adat yang pelik.
Jangankan mati, peristiwa genteng jatuh karena diinjak bajing luncat saja ada upacaranya. Namanya matur piduka. Orang Bali menganggap kalau bukan karena karmanya, genteng itu tak akan jatuh hanya karena diinjak bajing luncat. Genteng harus dikumpulkan pecahannya, dimasukkan dalam anyaman bambu bernama sokasi. Kemudian diambilkan abu dapur dan diberi canang sari kemudian dibuang ke sungai atau ke laut."
'via Blog this'
No comments:
Post a Comment